Home » , » Kearifan Lokal Mengenal Tarian Radat

Kearifan Lokal Mengenal Tarian Radat

Written By Buletin Biak Sambas on Jumat, 07 Desember 2012 | 12.05


KEARIFAN LOKAL “MENGENAL TARIAN RADAT”
oleh:  Risno
(Mahasiswa Fakultas Teknik Untan asal Kec. Tekarang)



Di zaman dahulu kehidupan masyarakat Sambas tidak terlepas dari seni, adat dan budaya yang  di anutnya. Budaya bisa dijadikan suatu alat pengikat dikalangan masyarakat dalam artian budaya bisa menyatukan perbedaan di suatu kelompok masyarakat di daerah Sambas. Dengan melihat kebudayaan  orang dapat melihat gambaran secara umum bagaimana kehidupan masyarakat itu sendiri.

  Tetapi seiring perkembangan zaman adat dan budaya tersebut dilupakan.  Banyak budaya yang hampir dilupakan salah satunya tarian radat dimana dari kebudayaan  tersebut mempunyai makna dan cerita dari kehidupan masyarakat Sambas di zaman dahulu. 

Tarian radat dimainkan oleh para wanita yang terdiri dari 12 orang penari, yang diiringi oleh alunan musik berupa Tamborin, Gendang, Tahar, Rebana dan alunan syair yang sangat indah yang biasanya dimainkan oleh para pria. Tarian ini biasanya untuk menyambut tamu-tamu istimewa dan acara tertentu.Tarian radat merupakan budaya Islam di timur tengah yakni yang diasimilasikan dengan budaya melayu. 

 Radat dipercayai berasal daripada singkatan `Hadrat Baghdad' yang menjadi sebahagian bentuk seni persembahan hadrah atau berzanji (bacaan puji-pujian yg berisi riwayat Nabi Muhammad SAW). Melalui perdagang arab akhir abad 19 Radat ke Kepulauan Melayu khasnya di Sumatera, Borneo dan Tanah Semenanjong ( Terengganu ). Malah Sambas sebagai salah satu Kerajaan melayu lewat pedagang-pedangang asal Sambas pedagang-pedagang Arab menyebabkan Radat semakin diminati di Terengganu (Malaysia). Radat kini telah menjadi acara tradisi yang terkenal di kalangan rakyat negeri Terengganu sampai sekarang. 

Melalui seni, adat dan budaya ini  membuktikan bahwa sambas pada zaman dahulu mempunyai hubungan erat dengan negara-negara di timur tengah. Tapi sayangnya masyarakat Sambas pada saat sekarang ini jarang melihat tampilan-tampilan budaya seperti yang dulu ditampilkan masyarakat Sambas, melainkan hanya menampilkan kebiasaan-kebiasaan seperti band-band lokal pada malam hari yang budaya yang di tampilkan sangat bertolakbelakang dengan kebudayaan masyarakat Sambas pada zaman dahulu yang terkenal dengan serambi mekahnya. Memang mempertahankan budaya  sekarang ini sulit, hanya berharap kebijakan dari dinas terkait untuk menyusun strategi bagaimana agar budaya itu tetap ada dan tidak selalu ikut dan terhanyut dalam perkembangan zaman. 

Saran penulis untuk pemuda agar budaya tetap di lestarikan yakni dengan meluangkan waktu untuk mempelajari dan mempraktikkan budaya-budaya yang sejak beberapa abad lalu sudah dikenal dikalangngan masyarakat Sambas.


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Buletin BIAK Sambas - All Rights Reserved
Designed and Manage by Husain
Proudly powered by Blogger